Jun 28, 2014

EAR[49] - Fajar - Cahaya Kemerahan Dari Timur (2014)


Yang ini sudah lebih lama lagi waktu memisahkan. Bahkan juga dipisahkan oleh ruang yang cukup jauh. Sayup layar-layar bebunyian yang luhur, tebal, nan sederhana. Fajar Mas kembali ke asalnya, kembali dari Fajar Mas menjadi Fajar saja. Sungguh ternginang indah bagi kami ketika kami mulai merintis net label ini, yang kemudian kami mendapat kiriman-kiriman karya dari kerabat dekat untuk didistibusikan karyanya di Hak Nam yang semakin pekat. Terngiang indah kembali kami oleh karya yang dikirim oleh Fajar, dahulu kala itu, karya nomor urut 4. Yang warnanya terlalu sederhana, dan terlalu membias senyum untuk dikritisi maupun diverbalkan melalui kata-kata ini. Indahnya masa lalu penuh kesederhanaan itu. Kesederhanaan yang terbawa hingga kini dengan semangat keseriusan. Demi terciptanya bentuk distribusi secara penuh atas karya-karya yang dihantarkan, menuju ruang pendengaran antara telinga dan bebunyian. Verbalisasi karya demi keutuhan tugas menghantarkan. Demi kepuasan diri yang suka menghantar-hantarkan. Hal-hal yang terus membuat kami merasa dekat dengan karya-karya yang kami hantarkan, penuh kesukarelaan dan suka cita. Dengan zat-zat pembangkit birahi untuk berbagi dengan indah seperti teh panas dan rokok putih. Rasanya seperti baru saja kami mendengarkan karya Fajar berjudul 'Fall' pada rilisan sebelumnya. Bunyi yang menggetar iman, kesedihan yang tidak tanggung, dan membuat kami, untuk menghantar dengan lebih jujur lagi, dan lebih penuh lagi, dan tidak asal bidik, menyingkirkan ironi dengan menahan pemaparan, menggantinya dengan meninggikan distorsi demi lebih bulatnya suatu kegiatan penghantaran. Agar lekuk-lekuk elektronik ini bisa menari dan berselancar dengan lihai dalam kepekatan Hak Nam yang penuh caci dan gurauan yang menghempasi dengan ombak-ombaknya yang semakin tinggi. Kami berdisorsi melawan mati, dalam Hak Nam yang semakin medheni. Fajar kembali untuk menengahi.

Hal ini terjadi seperti ketika kami merasakan sisi-sisi misterius yang kami dapati ketika kami mendengarkan dan bersepakat untuk menghantarkan karya seperti Desis, dan Caterpillar. Seperti dahan-dahan pohon yang tingginya menjulang dan daunya berguguran, berlukiskan goresan-goresan alami hasil dakian tupai-tupai yang meninggalkan bekas getah putih pada tiap jejak langkahnya. Lagi-lagi kehangatan itu yang membawa kami kembali kemari. Permulaan dari rilisan kali ini dibuka dengan sesuatu yang amat biasa, namun menyejukkan dan mengasyikkan, dari sebuah tembang berjudul 'Roman Biasa'. Dengan lihai Fajar menyusun tiap gerak dan alur dari tiap unsur bunyi yang diikutsertakan dalam tembang tersebut. Minimalis dan tidak terlalu rapi, tapi malah menjadi nilai tambah dalam unsur kesederhanaan itu sendiri. Disambung dengan tembang berjudul 'Keheningan' yang menyajikan perkawinan antara rekaman nyanyian melalui pembangunan atmosfir yang mirip dengan lagu 'Gie' dari Eross dan Okta, dan permainan gitar dengan chord yang sederhana namun serasi, demi menghasilkan suatu ruang/dimensi yang remang dan intropspektif ketika tembang ketiga mulai menyambung bunyi dari tembang kedua, yaitu 'Menghabiskan Malam'. Ada sesuatu yang tidak kami begitu mengerti dari tembang 'Bersemi', sesatu yang pop, dan terlalu terang mungkin untuk jiwa kami yang terlanjur suram... sehingga sesuatu itu tak begitu kami bisa pahami, namun itu sekali lagi bukan suatu kesalahan, karena sepanjang pengetahuan kami atas suatu karya itu sendiri, suatu karya memang paling bisa dinikmati oleh pembuat karya itu sendiri, tempatnya untuk bermasturbasi dan menyepi. Dan pada lagu terakhir, Fajar membawakan kembali lagu 'Serve the Servants' milik Nirvana dengan suaranya yang begitu match dengan lagu tersebut, dimana kami juga mengetahui bahwa idola dari Fajar adalah mereka-mereka ini, diubah dengan menggunakan drum-machine yang corak suaranya mirip dengan kajon, iringan permainan gitar akustik, serta tambahan efek suara dari piranti lunak yang dibuat sebagai pengiring jua, meskipun kamu rasa sudah cukup enak rasanya ketika efek suara dari piranti lunak tersebut tidak diikutsertakan, namun, hal itu lah sebenarnya yang memberi nilai paling penting dari karya-karya dalam tipe ini ketika kami merilis karya, mungkin kesederhanaan itu namanya. Seperti sup ayam yang diberi penguat rasa. Kesederhanaan menjadi ekstrak penguat rasa yang membuat karya-karya ini menjadi indah. Teriring kesukarelaan dari pembuat karya dan kesederhanaan pada tiap balutan bunyi yang dilahirkan dari imajinasi dan keringat, dengarkan, dan nikmati. Fajar dalam Cahaya Kemerahan Dari Timur.

No comments:

Post a Comment